Kamis, 24 Juli 2008

The Changcuters Profile



Pada pembukaan Euro 2008 kemarin ada salah satu band yang menyita perhatian saya. Band asal Bandung yang bernama The Changcuters ini laginya mulai digemari anak muda jaman sekarang apalagi klo bukan lagu ost. tarix jabrix “I Love You Bibeh..” & “Racun Dunia..”

penasaran?? yukk kita lihat profil band yg memiliki gaya unik ini :)

Pasti pernah mendengar jargon beuuu di sebuah iklan provider selular di teve. Jargon tersebut sekarang amat populer di masyarakat. Di iklan tersebut diceritakan sebuah kelompok band sedang berbincang-bincang tentang provider selular yang menguntungkan buat mereka. Percakapan itu menjadi lucu karena ditingkahi jargon beuuu dengan intonasi menggelitik dari salah serorang personelnya. Bisa jadi, keberhasilan jargon itu lantaran mimik lucu model iklannya, yang tak lain adalah The Changcuters.


Band asal Bandung ini terhitung baru. Popularitas iklan itu sedikit banyak telah mendongkrak band beranggotakan Moh. Tria Ramadhani (vocal), Muhammad Iqbal atau Qibil (lead guitar), Dipa Nandastra Hasibuan (bass), Arlanda Ghazali Langitan atau Alda (guitar) dan Erick Nindyoastomo (drum) ini.
“Dulu setiap naik panggung sambutannya biasa-biasa saja. Tapi semenjak jadi model iklan sambutannya dahsyat,” ungkap Tria bangga. Berawal dari band indie, The Changcuter kini sudah dikontrak label besar, Sony BMG Music. Pada 16 Februari lalu mereka telah meluncurkan album kedua, Mencoba Sukses Kembali. Ketika masih lewat indie label mereka menelurkan album perdana, Mencoba Sukses, yang ternyata justru tak sukses.

Awal Desember 2007 lalu The Changcuters dapat tawaran bermain Iklan Beuuu. Lima pria lajang itu diundang ke Jakarta untuk berbincang-bincang dengan sebuah agency dan biro iklan. Mereka tak menyadari percakapan itu sudah bagian dari workshop pembuatan iklan. Mereka tak menyangka prosesnya dibuat ekstra cepat. “Ya, sudah, dua hari workshop, dua hari kemudian syuting, dan dua hari kemudian tayang televisi. Kami dibuat terkagum-kagum,” imbuh Dipa.

Sementara Tria yang berkali-kali menyebut kata beuuu awalnya mengaku kesulitan saat syuting berlangsung. Sebab, Tria diwajibkan mengucapkan kata beuuu dalam 20 karakter sampai akhirnya dipilih karakter yang sudah tayang sekarang ini. Sudah barang tentu muka Tria dibuat “pegal”, suara pun agak parau karena harus mengucapkan beuuu dalam berbagai intonasi. Jargon beuuu sendiri merupakan pesanan dari pengiklan. Mereka hanya menambahkan kata “Coi”, sebagai sapaan akrab.


Lucunya, kata Tria, saat syuting di sebuah ruangan Gedung Serba Guna Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan, bersebelahan dengan peserta seminar, sehingga mereka tak boleh berisik. “Padahal, ucapan beuuu itu kadang butuh pengambilan suara yang keras. Ya, jadi kami boleh mengeluarkan suara keras pada saat take saja,” ujar Tria tertawa.

Nikah Bareng
Nama The Changcuters bukan bermakna jorok atau berasal dari Bahasa Sunda yang berarti pakaian dalam pria. Tapi berasal dari nama seorang sahabat, Cahaya, yang popular di mata mereka lantaran lucu. “Cahaya itu biasa kami panggil Cangcut,” sebut Dipa. Saking ngetop-nya panggilan Cangcut, mereka terbiasa menggunakannya sebagai panggilan akrab diantara mereka. Seperti “Apakabar, Cut?” dan “Mau kemana, Cut?”

Ide mendirikan band berawal dari Dipa, Tria dan Qibil yang teman sekampus, sering menonton pertunjukan musik, khususnya konser-konser musik di Bandung. Pikir punya pikir, “Kok, kita hanya jadi penonton saja. Kenapa bukan kita yang ditonton orang. Ya, sudah, kita dirikan grup musik saja,” cerita Dipa.

Agaknya grup band hanya bertiga kurang lengkap buat mereka. Maka, Alda dan Erik yang notabane juga teman main band Qibil semasa SMU diajak untuk bergabung. Mereka membentuk band beraliran Rock N Roll Setelah sempat menumpuh suka dan duka secara bersama, The Changcuters berharap dapat memelihara keberhasilan yang telah diraih. Kekompakan terus dibina, sebab hal itulah yang biasa membuat sebuah band pecah. Saking kompaknya Dipa, Qibil, Alda dan Erick yang sudah memiliki kekasih berencana nikah bareng. “Sebab, teman saya (undangan, Red), ya teman mereka juga. Jadi satu stage saja, satu meja dan satu undangan. Lebih irit dan unik kali, ya,” seloroh Dipa yang sudah dianggap sebagai juru bicara The Changcuters.

Lantas bagaimana dengan Tria? Rupanya Tria satu-satunya yang masih jomblo dan belum lulus kuliah. Diajak bicara soal asmara pun Tria enggan membahasnya. “Saya memikirkan karier dulu, deh. Urusan itu (kekasih) masih jauh,” kata Tria yang pernah patah hati. Beuuu!

Info By News

upstairs vs changcuters in indosiar!

upstairs vs changcuters in indosiar!

indie going to mainstream!

kaget juga liat ada acara khusus 1 jam untuk kedua band ini (walaupun aku ga kenal changcuters sebelumnya), karena biasanya cuman band major papan atas nasional (baca:popularitas tinggi, penjualan banyak) kaya samson, nidji, naff, dll yg muncul di tv. salut buat indosiar! kami sudah bosan & muak sama band2 pop rock bertema romantika cinta yang dibuat sesuai pesanan bos label untuk menambah duitnya & band itu, menggaet fans sebanyaknya dengan menjual tampang (la radja?) & mengorbankan mutu lagu! (tampang cakep anugerah, tapi pemanfaatannya? ini musik bos, utamakan mutu lagu!)

ok….ungu, radja, peterpan, samsons, nidji, naff, beri jalan pada the upstairs, the changcuterz, white shoes & the couples company, the adams, the brandals, dll! kasian tu pure saturday dah jadi bapak2 tapi kok ga mengarah ke terkenal…

btw, entah bayanganku aja, bener apa ga, tapi untuk band2 yg masih aktif sekarang, aku merasa ada
kasta2 (cuma masukin band rock / yg ada unsur pop, tidak memasukkan band2 segmented seperti jazz, lagu daerah, dangdut, dll) :

  • kelas 1, diekspos berlebihan, penonton konser bejibun, penjualan tinggi, sayangnya mayoritas lagunya…ya gitu deh : ungu, radja (!), peterpan, samsons, nidji, naff, ada band, dewa, ratu, SO7
  • kelas 2, orang agak kenal, tapi popularitas agak terbatas & ga menjamah pedesaan, ada yg bertema "ya gitu deh", tapi lebih variatif: steven & coconut treez, letto, shaggydog, slank(!), padi (!), tahta, white shoes & the couples company, maliq d’essentias, ecoutez, the upstairs, the changcuterz (untuk 2 yg terakhir, selamat, anda barusan promosi), naif, club 80, funky kopral, netral, mocca, dll
  • kelas 3, level nasional, tapi yg kenal dikiiiiiiiit, justru kebanyakan bertema variatif : the adams, the brandals, the S.I.G.I.T, SID (anda degradasi), pure saturday, dll…….kelas 100.000 : L.A.B :) )

umpama anggun mau dimasukin, menurutku dia masuk kelas 2 (duh…)

oya, bukan berarti tema cinta ga boleh, tapi berikan lagu cinta yg bermutu, baik tema, penyampaian, skill, dll. ga semua cinta itu cerita pacaran remaja, kaya sinetron aja –> sinetron lagi sakit akut (referensi : Sujiwo Tejo - Anyam Anyaman Nyaman, Muse - Unintended, James Blunt - You’re Beautiful, Bali Lounge - Something’s Wrong, lagu2nya Glenn Fredly). dan ga semua lagu easy listening / pop bertema cinta sepasang kekasih (Bob Narley - Redemption Song, COldplay - Yellow, Frente - open up Your Heart). ok?

maap kualitas gambar rendah, cuman ada kamera HP, itupun

REALITA, CINTA & ROCK ‘N ROLL



2 orang sahabat yang bengal, Ipang (Vino G. Bastian) dan Nugi (Herjunot Ali). Nggak suka sekolah, pembuat keonaran, dan hobinya ngeband. Mereka merasa bahwa dunia berada di tangan mereka. Sampai suatu saat mereka harus dihadapkan dengan realita yang nggak pernah mereka bayangin sebelumnya. Anak adopsi dan orangtua yang transexual. Belum lagi ketika persahabatan mereka nyaris berantakan dengan keberadaan teman cewek mereka, Sandra (Nadine Chandrawinata – Putri Indonesia 2005)

Film ini menggambarkan bagaimana 2 sahabat bengal dengan Rock n' Roll attitude menghadapi realita kehidupannya!

The Rolling Stones


The Rolling Stones adalah legenda, pada saat mereka pertama kali tampil –tahun 1964– The Beatles tampil sempurna, rambut, harmonisasi serta jasnya, dan mereka membungkuk memberi hormat bersama-sama. Musik The Beatles luar biasa canggihnya, segalanya sangat menarik dan asing di jaman itu, tapi juga menciptakan jarak akibat kesempurnaan itu. Dan pada saat itulah The Rolling Stones membawa pesan, “Mungkinanda juga bisa melakukan itu”. Rambutnya berantakan, harmonisasinya kurang merdu. Dan mungkin tidak ada yang ingat kapan mereka pernah tersenyum. Mereka meniru sikap R&B tradisional, “Kami tidak bergelut dalam dunia hiburan. Kami bukan musik pop”.

Suara Mick Jagger memancarkan daya tarik sensual yang dewasa. Ini bukan sensual dalam pop, –berpegangan tangan kemudian berciuman– ini benar-benar nyata. Jagger memiliki kemampuan berbincang sebagaimana para penyanyi R&B dan blues, setengah bernyani, tidak selalu mencapai nada. Diterimanya suara Mick Jagger di radio pop adalah terbosan baru dalam rock&roll. Dia membuka pintu untuk orang lain. Tiba-tiba saja kemudian seorang Eric Burdon dan Van Morrison tidak terdengar aneh lagi, begitu pula dengan Bob Dylan.

Ini benar-benar unik, seorang penghibur kulit putih yang mengikuti cara kulit hitam. Elvis Presley melakukannya, dan orang berikutnya adalah Mick Jagger. Tak ada pemuda kulit putih lain yang melakukannya. Mereka pernah berdiri dan bernyanyi seperti The Beatles. Mereka membiarkan roh mengendalikan tubuhnya, melepaskan semua batas-batas yang ada, tidak terkendali. Inilah yang dirasakan Mick Jagger. Dia meniru beberapa langkah dari James Brown dan Tina Turner. Gerakan-gerakan aneh yang dilakukan Mick Jagger berasal dari keduanya. Lalu Iggy Pop dan Jim Morrison mengembangkannya.

Pada awalnya The Rolling Stones adalah band milik Brian Jones. Dia pula yang memberikan nama tersebut pada bandnya. Dia bertindak sebagai Manajer yang mengurus tawaran konser dan segala sesuatu yang menyangkut media. Aroma dan keagrasifan The Rolling Stones berasal dari seorang Brian Jones. Begitu juga dengan tradisi. Dia memainkan gitarnya dengan leher botol, lalu pada album-album seperti December’s Children dan Aftermath, dia memainkan berbagai instrumen lain sebagai “pemanis”. Dia begitu kreatif dan penting bagi The Rolling Stones.

Tapi Keith Richards juga telah disepelakan dan dipandang hanya sebagai rhythm-guitarist, padahal solo-solonya lewat “Heart of Stone”, “It’s All Over Now” dan riff-riff hebatnya di “Satisfaction” dan tentunya “The Last Time” yang dianggap oleh The Rolling Stones sendiri sebagai lagu serius pertama yang pernah mereka buat. “Hongky Tonk Woman” hanya terdiri dari satu kunci, lalu dia mengubah seteman versi lima senar, ada pola kunci yang terkait denagn setemannya itu –sebut saja efek “Gimme Shelter”– dimana mereka menambahkan nada suspensi, sehingga menjadi lebih melodis dan ritmis secara bersamaan.

Dibanding denganrhythm section lainnya dalam dunia rock&roll hingga saat ini Bill Wyman dan Charlie Watts paling tahu bagaimana cara bergoyang. Lain halnya dengan sekarang, rock&roll pada jaman itu ditujukan untuk bergoyang. Bisa terbayang betapa serunya berada di Richmond Hotel di London dan Station Hotel sekitar tahun 62 dan 63, penonton menggila, The Rolling Stones juga gila.

Ada banyak generasi masa kini yang hanya mengenal The Rolling Stones sebagai ikon. Tak ada ikatan batin dengan musiknya. Kepada mereka, mungkin harus direkomendasikan empat album pertama yang versi amerika, “England’s Newset Hitmakers”, “12×5″, “Now” dan “Out of Our Hands”. Pelajaran berikutnya adalah era besar kedua, “Beggars Banquet”, “Let It Bleed”, “Sticky Fingers” dan “Exile on Main Street”. Itu merupakan rangkaian album terhebat dalam sejarah, dan semuanya dihasilkan hanya dalam tiga setengah tahun.

Dalam banyak hal, The Rolling Stones bermain lebih baik dibanding sewaktu di tahun 60-an. Mereka cukup berantakan di masa-masa awal–tapi semua orang menikmatinya–. Secara teknis, mereka belum pernah sebagus ini. Masalahnya, power mereka berasal dari 12 album pertama. Hanya sedikit lagu bagus setelah tahun 1972. Sehebat apa mereka seandainya mereka masih membuat album yang semegah konser mereka sekarang ?

Tapi dalam konser, mereka masih dapat menyampaikan kekuatan masa lalu. Masih banyak yang dapat dipelajari dari The Rolling Stones: Tulislah lagu bagus, dan jagalah kesehatan serta gairah untuk bermain setiap malam, dan mungkin kesempatan untuk bisa sehebat Mick Jagger dan hidup lebih lama bisa terwujud. Semua orang takjub karena Keith masih hidup. Dia tampak kebal terhadap segalanya, tapi sebaiknya jangan mencoba ikut-ikutan. Jujur saja: Pemakaian narkoba akan merusak segalanya, termasuk penulisan lagu. Untungnya dia masih bisa bermain dan menjalani tur 40 tahun kemudian. Tak banyak band yang bisa awet sampe 4 tahun, apalagi sampe 40 tahun.

Rasanya tidak ada yang ingin mereka pensiun, karena jika mereka tetap bermain, itu merupakan promosi terbaik untuk lagu-lagunya. Mungkin setting panggungya sekarang sudah jauh lebih ramai, tapi mereka tetap menjadi pusat perhatian. Mereka tetap tampil semaksimal mungkin, dan membuktikan bahwa :

Jika kita tetap berpegang teguh pada prinsip dan tidak berkompromi dengan apa yang sedang terjadi, kita bisa bertahan sangat lama.

…:::…